Yogyakarta - Pada Senin, 19 Desember 2017 anggota UKM Jurnalistik UPY Persada melakukan kunjungan ke beberapa tempat bersejarah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Destinasi yang dikunjungi pertama kali adalah Keraton Yogyakarta, terletak di tengah kota Yogyakarta dan memiliki beberapa museum, diantaranya Museum Lukisan, Museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Museum Kereta, dan Museum Batik. Di samping itu, hampir seluruh bagian keraton digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda budaya bernilai, termasuk replikanya. Di kompleks Pagelaran misalnya, diperagakan berbagai pakaian prajurit dan pakaian adat keluarga keraton dan museum ini dibuka untuk umum. Keraton Ngayogyakarta sampai sekarang masih menjalankan adat tradisi serta berdiri di area yang luas, bangunan megah bergaya arsitektur berkhas Jawa kental.
Destinasi selanjutnya setelah kunjungan ke Keraton Yogyakarta adalah ke Museum Sandi yang berlokasi di daerah Kotabaru yang penuh atmosfer Indis. Museum Sandi menyimpan berbagai benda bersejarah tentang ilmu kriptografi Indonesia. Di sana kita juga bisa belajar tentang sejarah ilmu persandian di dunia tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun. Seiring kemajuan teknologi tentang adanya mesin ketik modern seperti keyboard, dll banyak orang sama sekali tidak mengenal filosofi perkembangan bagaimana alat tersebut menjadi alat yang mereka gunakan sehari-hari. Oleh karena itu, Museum Sandi dibangun untuk menumbuhkan ilmu pengetahun sejarah tentang persandian. Bangunan museum ini memiliki 2 lantai dengan 9 ruang display yang menyimpan berbagai benda bersejarah sejak masa perang kemerdekaan.
Di dalam museum kita bisa melihat berbagai mesin sandi tua yang digunakan oleh beberapa negara di dunia, mulai dari Amerika Serikat, Vatikan, Jerman, dan lain-lain. Selain itu, kita juga bisa menemui banyak sejarah tentang perkembangan Sejarah Ilmu Persandian yang dibagi menjadi dua yaitu Sistem Kriptografi Klasik, seperti Caesar Cipher, Albert Disc, Cardan Grille, Vigenere; dan Sistem Kriptografi Modern, seperti Algoritma DES, Pertukaran Kunci Diffie Hellman, RSA dan Rijndael (AES).
Tidak hanya Sistem Kriptogafi saja, namun disana kita dapat menemui diorama yang menunjukan suasana penunjukan dr. Roebiono menjadi kepala Dinas Code pada tahun 1946 yang memegang perang penting dalam Agresi Militer Belanda 1 dan 2, sebelum akhirnya berubah nama menjadi Lembaga Sandi Negara. Di ruang terakhir, terdapat beberapa komputer yang bisa kita gunakan untuk mengetahui informasi lebih lengkap mengenai ilmu kriptografi selain itu dapat digunakan sebagai game untuk memecahkan sandi vigenere. Fasilitas yang disediakan Museum Sandi ini tidak lain untuk menambah wawasan mengenai sejarah perkembangan sandi. (almira-yuni/pers)
Destinasi selanjutnya setelah kunjungan ke Keraton Yogyakarta adalah ke Museum Sandi yang berlokasi di daerah Kotabaru yang penuh atmosfer Indis. Museum Sandi menyimpan berbagai benda bersejarah tentang ilmu kriptografi Indonesia. Di sana kita juga bisa belajar tentang sejarah ilmu persandian di dunia tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun. Seiring kemajuan teknologi tentang adanya mesin ketik modern seperti keyboard, dll banyak orang sama sekali tidak mengenal filosofi perkembangan bagaimana alat tersebut menjadi alat yang mereka gunakan sehari-hari. Oleh karena itu, Museum Sandi dibangun untuk menumbuhkan ilmu pengetahun sejarah tentang persandian. Bangunan museum ini memiliki 2 lantai dengan 9 ruang display yang menyimpan berbagai benda bersejarah sejak masa perang kemerdekaan.
Di dalam museum kita bisa melihat berbagai mesin sandi tua yang digunakan oleh beberapa negara di dunia, mulai dari Amerika Serikat, Vatikan, Jerman, dan lain-lain. Selain itu, kita juga bisa menemui banyak sejarah tentang perkembangan Sejarah Ilmu Persandian yang dibagi menjadi dua yaitu Sistem Kriptografi Klasik, seperti Caesar Cipher, Albert Disc, Cardan Grille, Vigenere; dan Sistem Kriptografi Modern, seperti Algoritma DES, Pertukaran Kunci Diffie Hellman, RSA dan Rijndael (AES).
Tidak hanya Sistem Kriptogafi saja, namun disana kita dapat menemui diorama yang menunjukan suasana penunjukan dr. Roebiono menjadi kepala Dinas Code pada tahun 1946 yang memegang perang penting dalam Agresi Militer Belanda 1 dan 2, sebelum akhirnya berubah nama menjadi Lembaga Sandi Negara. Di ruang terakhir, terdapat beberapa komputer yang bisa kita gunakan untuk mengetahui informasi lebih lengkap mengenai ilmu kriptografi selain itu dapat digunakan sebagai game untuk memecahkan sandi vigenere. Fasilitas yang disediakan Museum Sandi ini tidak lain untuk menambah wawasan mengenai sejarah perkembangan sandi. (almira-yuni/pers)